Follow Us @soratemplates

Wednesday, July 25, 2018

Tanpa Ada Yang Tau

July 25, 2018 0 Comments



Dalam surat ini kusampaikan beberapa hal yang semestinya kamu ketahui, tentang segala cinta dan rindu yang beranak-pinak dalam hati. Jarak kita terpisah milyaran langkah, segala sarana aku gunakan untuk melampiaskan rindu namun percuma, tak ada yang menandingi betapa besar makna sebuah hadir. Kalah telak sudah pasti, namun aku selalu mengingat ada kita yang ku letakkan tinggi, bahkan ego sengaja ku biarkan mati. 

Untukmu surat ini berlabuh bersama rindu dan cinta yang utuh. Bagaimana kabarmu di sana? Masihkah segala tentangku jadi yang utama? Di sini keadaanku masih sama, masih mengingatmu dalam setiap langkah, dalam setiap doa-doa yang membujuk semesta. Ada kejujuran yang perlu aku ungkapkan, bahwa segala rindu dan cinta ini masih bermuara padamu. Segalanya kembali berputar pada satu simpul yang sama, tentang bagaimana kita melewati segalanya berdua, tentang jarak yang berada di antara, tentang kita yang berusaha menjaga kita. Lewat pertemuan-pertemuan sedikit namun kita manfaatkan dengan khidmat. Maaf karena cintaku mengenal peringkat, karena bagiku ada yang lebih utama dari aku atau kamu. Aku selalu sadar, kita adalah apa yang aku jadikan utama, tepat di atas kamu. 

Setelah surat ini aku selesaikan, aku akan melipatnya, membentuk pesawat kertas untuk kemudian aku terbangkan. Entahlah, aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan rindu dengan segera, mungkin hanya angin yang bisa. Jika suratku ini tidak tiba, maka semoga ada angin yang menyampaikannya padamu karena iba. Semoga hal ini kamu sadari, bahwa ada rindu yang dimulai tanpa tahu caranya untuk selesai..

Ucapan Penutup Senja

July 25, 2018 0 Comments





Seperti malam malam sebelumnya, malam tadi aku mengingatnya. Sialnya, pendar lampu di luar ruangan dan rintik hujan yang bersaput cahaya pendar lampu rumah terlalu mudah mendatangkan memori tersebut. Dan aku tak tahu bagaimana caranya mengatasi perasaan tersebut. Mungkin hujan malam tadi turun ragu-ragu, seperti rindu yang ingin tumpah namun tidak ada wadah. Seperti hari, ketika aku menemukan hal yang kamu anggap masih ada dalam pikiranmu. Iya. Pikiranmu menjejaki ingatan masa lalu, ribuan tanya menyelimuti dirimu. Pertanyaan tentang sebuah pergi yang lupa membawa luka lari. Pada kata pernah yang membuatmu sulit bebenah. Menimang andai, mungkin saja Tuhan berbaik hati. Siapa tahu? Kadang kupikir betapa beruntungnya ia yang dengan mudahnya membuatmu selalu rindu bahkan membuat seonggok ruang rasa penasaran bagimu. 

Tidak mudah rupanya menghapus bayangannya dari benakmu. Bagaimana rindu selalu mampu menggerakkan seseorang melakukan sesuatu yang sepertinya tak masuk akal. Kamu yang pernah pergi ratusan kilometer untuk mencarinya. Memohon, mengejar, hingga berdoa penuh keyakinan berharap Tuhan mengembalikan dirinya kepadamu. Atau bahkan bersusah payah di tengah hujan untuk merangkum temu. Sedang aku? Hidup kadang serumit itu. Namun sebagian kesedihan itu telah mengatakan padaku, jadilah kuat untuk segala yang tak mampu ku hadapi. Termasuk rasa cemburu. Aku ingin kuat. Tapi sekali saja, ijinkan aku mengkhianati kesedihan tersebut. Seperti sore ini. Ketika aku duduk di sini, dan kamu mungkin tengah mengamatiku entah dimana. Hari ini bisa saja kita tertawa dan esok menangis duka, seperti kamu yang kemarin memiliki ia yang kini pergi. Anganmu berkata agar ia tetap disini karena kepergiannya menimbulkan sakit yang tidak terobati. Lebih baik ia hadir dan melukai namun tetap dapat mencinta lagi. Seperti itukah? 

Kepergiannya membuatmu sekarat bagai pecandu yang dipaksa tobat namun tetap mencari obat. Ia tidak hadir. Tidak pernah hadir. Tidak akan hadir. Hujan memang selalu membangkitkan kenangan bersamaan dengan kematianmu karena angan. Tetapi di balik cerita yang panjang, di balik hari yang melelahkan. Aku mendoakanmu diam-diam. Kamu tak yakin. Kamu tak tahu. Atau mungkin tidak akan pernah tahu. Kalau tidak ada yang benar-benar mencintaimu seperti aku..


-Semoga doa-doa menjadi pijar, dan semoga keragu-raguan tidak pernah lebih kuat dari keyakinan.-

Untuk Perempuan Luka Yang Kini Menikmati Suka

July 25, 2018 0 Comments




Untuk perempuan luka. Hari itu kamu menggantungkan asa tinggi, pada pria yang kamu harap dapat menjagamu-terutama perasaanmu. Pertautan jemari, janji-janji tentang kebahagiaan nanti. Terbang bersamanya, kamu yakin segalanya baik-baik saja. Tidak peduli kemanapun kaki ini melangkah, kamu yakin ada dia yang kau jadikan rumah. Tempat merebahkan lelah, berbagi bahagia dan tak ada yang lebih indah dari keyakinanmu bahwa dia adalah tepat. Ada ketenangan yang kamu rasakan saat menepikan badan untuk bersandar pada badannya yang seolah pilar. 

Kamu jatuh cinta..
Aku ulangi, kamu cinta mati padanya..

Hingga, kepergiannya yang tiba-tiba, tak pernah kau persiapkan sebelumnya. Menyalahkan dunia, mengutuk apa saja yang kamu pikir tidak pernah adil kepadamu. Raga memang tidak ada, tapi janjinya masih mengikat. Menangis sejadinya, menyiksa diri sama banyaknya. Segalanya kamu rasa berakhir begitu saja. Kamu tidak bisa hidup tanpanya. 

Hari ini, kamu masih hidup tanpanya, masih bernafas meski ada yang hilang namun kamu bersyukur bahwa kebahagiaan tidak pernah henti untuk datang. Aku senang. Setelah kamu tahu bahwa bergantung itu adalah hal yang paling menyakitkan. Atau ketergantungan pada orang lain yang membuatmu hilang keseimbangan. Apa lagi yang kamu butuhkan jika sekarang kamu bisa terbang sendirian? Kamu bebas memilih, kupu-kupu tidak selamanya terbang tinggi, ada kalanya ia hinggap pada satu bunga dan berjalan sesekali. Berpijaklah sesekali, untuk mengingat kamu pernah jatuh dan tak akan mengulanginya lagi. Atau kamu bisa berlari, karena di ujung jalan sana kebahagiaanmu menanti. Selamat menikmati suka. Kini kamu bisa hidup meskipun tanpanya. Karna memang sebenarnya kamu memang bisa. Meskipun sebelumnya Tuhan tak mempertemukanmu dengannya.

“Ada yang tidak pernah lepas dari wanita, air mata dan kelembutan hatinya. Gabungan keduanya akan menjadi kekuatan dari ketegaran yang mereka punya.”

Menghilang

July 25, 2018 0 Comments




Apa yang kau cari dalam hidup? Tidakkah cukup, waktu dan pagi yang Tuhan berikan setiap hari? Yang mengingatkanmu tentang arti bersyukur. Bahwa kita, diberi hidup hingga detik ini. Lalu datang angkuh suatu kali. Mengetuk hati dan mengajakmu ikut serta. Kau katakan, dunia terlalu kecil saat ini. Kau bilang ingin pergi, menemui mimpi sebenarnya di luar sana. Mimpi untuk bersamanya. Yang merebut langkahmu, meninggalkan jejak di halaman rumah. Jika sudah begitu, apa masih pantas ku sebut sebagai "Rumah"? Rumah yang selama ini aku anggap tempat kembalinya semua ketenangan, ketika di luar sana tak cukup membuatku tenang. Menyisakan aroma dan kenangan. 

Yang kuhafal. Yang kuingat. Suatu kali, sedih juga datang. Mengatakan padamu, bahwa aku diam di balik pintu. Tak lagi tersenyum sejak kepergianmu. Kemana kau? Dimana kau? Mungkin sedih meyampaikan suara padamu lewat udara yang bergetar di antara celah pohon. Lewat gemersik daun. Terdengar kah? Kau mengetuk jendela kala itu. Daun pintu telah usang dan rapuh. Tak ada pagi, tak ada siang, tak ada malam. Rumah adalah ruang kosong ketika langkahmu sampai. Mungkin kau bertanya. Kemana aku? Dimana aku? Suatu hari aku bersemayam. Di batu nisan kamu menangis haru. Mungkin aku sudah pergi kala itu. Atau bisa jadi, aku terlalu lama menanti. Dan cinta, menjadi kenangan saja..

Keliru

July 25, 2018 0 Comments


Pernahkah kamu menemukan satu gambar, satu nama, satu cerita? Tapi kamu berusaha untuk tidak melihatnya, tidak mendengar, tidak membacanya? Ada satu waktu dimana kamu merasa telah mengetahui apa yang kamu cari dalam hidup. Ketika tak ada lagi pilihan yang dibutuhkan..Tak perlu lagi mencari, tak perlu berlari. Segalanya telah menjadi cukup. Saat itu mungkin kamu lupa, kalau cinta, bisa jadi diisi angan-angan..Ada rasa yang kerap kali adalah ambisi yang semu. Yang kita harapkan, tanpa kita tahu kebenarannya. Benarkah dia adalah orangnya? 

Kamu seringkali lupa,  bahwa rasa bukanlah papan reklame yang ada di tepi jalan. Yang mudah kamu baca maksud dan tujuannya. Kamu perlu tahu. Kamu perlu mencari tahu. Barangkali yang cinta jual adalah promosi sesaat. Yang bisa membuat terpikat, tapi juga meninggalkanmu dengan cepat. Apa kamu tahu, dalam cinta ada dua rasa yang berseberangan? Ada bahagia dan ada kecewa di dalamnya. Kamu tidak bisa memilih salah satu di antaranya. Atau sebaliknya, cinta memilihkan salah satunya untukmu. Kamu perlu melangkah lebih jauh untuk masuk ke dalam hatinya. Setiap manusia menyimpan rahasia, kamu perlu tahu apa yang dia sembunyikan. Bisa jadi selama ini dia tidak pernah menaruh namamu di sana. Dan yang kamu bayangkan tentang cinta, sebenarnya angan-angan saja. Bukan dia mencintaimu. Kamu keliru. Kamu hanya terlalu bahagia saat itu..

Tuesday, July 24, 2018

Sementara Dia Kekasihku

July 24, 2018 0 Comments


Rindu, seringnya aku hadapi tanpa perayaan. Jarang aku manjakan ia dengan pertemuan. Mungkin saat ini hanya do'a yang menjadikan sehangat-hangatnya sebuah pelukan, sebuah jabatan tangan. Biar kunikmati rindumu yang mengendap seperti ampas kopi pagi hari- walau dingin dan bukan aku. Kamu boleh mendengar aku bicara dengan jujur, sebab aku mencintaimu, aku sanggup mengatakan hal ini. 

Aku tidak ingin menyakitimu, bahkan tak sanggup melakukannya. Aku mencintaimu, entah dari mana aku mendapat kekuatan itu, tetapi demi kamu aku akan berjuang melawan segala keinginanku. Ya. Keinginan membuatmu bahagia bersamaku, tapi kenyataannya aku seperti tahu bahwa bersamaku akan sulit membuatmu bahagia. Sekarang aku coba memahami bahwa bahagia pada kita hanyalah Tuhan yang berhak turun tangan. Maka dari itu aku mencoba pasrahkan. Jika kamu memintaku harus pergi, maka aku ingin pergi dengan sebaik-baiknya meninggalkan. Berlalu seperti angin gunung yang menyapu pipimu pelan. Lantas apa yang harus kulakukan ketika dalam lubang dada yang sesak bergumam: 

“Sementara dia adalah kekasihku. Mengapa dia tidak merasakan bahwa aku pun adalah kekasihnya?”

“Sementara dia adalah kekasihku. Mengapa dia menginginkan kepergian?”

“Sementara dia adalah kekasihku. Mengapa dia mengikis sabar yang kian menipis? Mengapa hingga di waktu bersamaan aku seolah tak ingin berhenti menangis?”

Kini aku harus meyakini sendiri, bahwa sepenuhnya bukan salahmu. Ini salahku yang terlalu menyimpan segala tentangmu terlalu dalam. Hingga aku sendiri lah yang dibuat kecewa oleh sesuatu yang aku simpan. Dan masih- selalu ada banyak tanya yang aku punya, tapi kini dayaku tak ada untuk bertanya. Pilihanku ada pada menerima. Bukan menerima apa pun yang kamu lakukan pada ku, melainkan menerima apa pun yang Tuhan tunjukkan untukku. Mungkin ini terlihat menyedihkan- bahkan memang jauh lebih menyakitkan, tapi akan lebih menyedihkan ketika aku keras kepala memintamu pada Tuhan sementara mungkin Tuhan sudah menyiapkan rencana yang jauh lebih baik di masa depan. Aku pasrah dan aku percaya- Tuhan yang paling tahu, siapa kamu di dadaku.

Kucukupkan Syukur dan Bahagiaku

July 24, 2018 0 Comments


Kamu, duduklah dengan tenang. Aku tidak akan datang untuk sekedar mengingatkan yang sudah pernah Kamu katakan. Aku datang, untuk memastikan sesuatu; masihkah kau berdiam disana, di sebuah petak yang tidak pernah aku sewakan pada siapa pun, sekalipun kosong? Telah ku jatuhkan sedih yang mengembun. Sesak kemarin malam, mungkin masih ada hingga aku menghisap pelan udara sejuk pagi ini. Namun, semuanya memang harus aku lepaskan, tak apa pelan-pelan, seperti napas yang ku buang dengan hitungan satu sampai delapan. Mungkin ada sedikit perasaan lega ketika aku bisa mengendalikan diri untuk tidak mengganggumu akhir-akhir ini. Dengan melihatmu baik tanpa gangguanku, udara rasanya juga mengalir baik di paru-paru. Kamu dimana kah, saat aku masih menggengam dan percaya pada “Kita”?Mendengar pengakuanmu saat itu, seketika meleburlah banyak aku. Hingga aku tak punya bahasa lain selain bisu. Dingin? Tentu saja. Hampa? Sayangnya iya. 

Dan kini, segalanya tidak akan pernah sama ketika percakapan itu muncul di antara kita.Aku tahu. Tapi tak perlu rasanya memberitahumu. Biar saja sesuatu yang kamu pikir rahasia itu, tetap jadi rahasia juga bagiku. Anggap saja begitu. Yang sudah terlanjur kau simpan, simpan saja. Jika ingin membuangnya, buang saja. Dan lagi, aku kehilangan. Dua mataku yang berkaca-kaca, tak mampu menyisir tebalnya hawa dingin milik hatimu untukku yang setengahnya sudah kamu bunuh mati. Malam di bulan ke tiga, berat hati aku katakan, aku kehilanganmu. Dingin, memang belum genap membawamu pergi ketika itu, tapi beku sudah kepalang memalang kakiku untuk tak menahanmu berlalu. Aku merasa cukup dengan macam-macam kekhawatiran yang bebannya, istimewa; membuat banyak air mataku keluar tanpa sandiwara. Aku ingin lebih sehat. Ingin lebih membebaskan hati yang aku punyai satu-satunya ini dari serbuan pisau tajam, bermata runcing, bernama khawatir dan penasaran. 

Teruntukmu, baik hati yang kadang membuat aku lelah hingga seperti gila sendiri, menyayangimu aku sudah terbiasa dengan segala yang berat-berat. Benar katamu, kita sudah rumit, tak perlu membuatnya semakin rumit. Maka, aku tak akan dan tak ingin lagi membuatnya rumit. Akan kubiarkan, hatimu bebas, hatiku bebas.Akan kukhidmati sayang ini dengan lebih rapi.Tak lagi ingin terlalu banyak permintaan itu dan ini. Kelak, jika kita adalah benar rumah bagi masing-masing, aku percaya, raga dan jiwa kita, hati dan pikiran kita, adalah tempat pulang bagi masing-masing.Tempat peraduan paling nyaman dan tak akan lagi tergantikan. 

Maaf, untuk saat ini. Mungkin di matamu kini, aku sedingin ini. Ini bukan aku, kamu tahu. Ini bukan aku yang aku mau. Ini aku yang lain. Yang hanya pada lampu kamar kutunjukkan rupanya. Yang hanya pada gelap kukenalkan dirinya. Ini aku yang lain. Aku tidak tahu, mana yang sesungguhnya baik. Kita yang seperti ini, atau kita di beberapa waktu lalu. Keputusanmu, adalah apa pun yang sudah kamu rasa dan pikirkan. Baik atau tidak untukku, sudah menjadi bagianku. Pada akhirnya, aku memang lebih butuh sesuatu yang lahir dari hati dan kepalamu. 

Maaf, untuk kali ini. Jika selama ini ternyata aku tak pernah membuatmu jatuh cinta, tak apa. Itu bukan sesuatu yang aku sesali. Aku lebih menyesali diriku sendiri yang sesukanya percaya diri. Tugasku sekarang, bersiap untuk kehilanganmu. Bukan tidak mau memperjuangkan seperti katamu bilang. Tapi karena menurutku melepaskan juga sebuah perjuangan. Terlalu besar kepala jika kukatakan, tak akan kamu temui lagi wanita sepertiku. Tapi, yang pasti, hanya padaku kamu akan menemukan aku.Kucukupkan syukur dan bahagiaku atas keberadaan dirimu di hadapanku selama ini. Aku mungkin kecewa, tapi tidak jika untuk membencimu. Hatimu adalah urusanmu, bukan urusanku. Bukan sesuatu yang bisa aku atur-atur semauku. Dan pada akhirnya hanya satu sebab yang perlu kamu tahu, karena cinta lah, maaf selalu mampu diberikan.

Selama Kekasihku Bahagia

July 24, 2018 0 Comments


Dari sudut malam ini, pikiranku jatuh bersama titik cahaya yang redup perlahan. Saat remangnya cahaya masa depan masih coba ku urai dengan percaya juga tujuan yang kuduga sama, saat jemariku canggung menghitung ragu dan gusar pada tiap simpang. Dengan rakit, pikiranku sibuk menelusuri ingatan sejelas-jelasnya bahwa “kita mampu”. Perjalanan kita amatlah jauh. Jangan sampai lelah menjadi alasan sebuah purna. Saat jarak tak ada makna berarti selain angka mati, sedang rinduku adalah harapan mewujud cahaya lilin. 

Selain nafas, ada tentangmu yang tak dapat lepas. Tentang kata yang dihadirkan waktu. Dan rindu menjadi anak gelandangan di kota mati, sedang kenangan adalah hantu gentanyangan. Mereka selalu menemukan waktu yang tepat untuk -mengusik- meminta menakuti. Aku tidak ingin berprasangka akan hal yang tidak aku ketahui kenyataannya. Karena semakin aku mencari, semakin aku takut untuk menghadapi kenyataan bahwa dugaanku benar. Perihal tidak ada yang cuma-cuma segalanya butuh pengorbanan dan perjuangan-meski itu tenaga sekalipun.

Aku masih disini, bersama jarak yang tidak pernah absen untuk hadir. Walaupun lelah sungguh namun baginya kamu adalah tujuan doa-doanya dialunkan. Aku bahagia. Kamu sebab kebahagiaanku. Maka yang terjadi adalah ketika semua keresahan atau bahkan rasa rindu datang-tak akan lagi mulutku beradu cemas memintamu menjawab atas pertanyaan “bagaimana, dimana, kemana, dengan siapa”. Kuhidmati semuanya dengan lebih tenang. Meskipun aku telah lama mengadu tentang rindu yang malu-malu, aku tidak akan mengemis-atau bahkan meminta egoku sendiri yang sedang bergeming. Meski aku tahu, tidak ada yang bisa kutitipi rindu sebanyak ini.

Akan kubiarkan dirimu di sana. Membuatku semakin rindu melalui banyak tanda tanya atau lebih seperti doa, yang dibisikkan diam-diam. Hingga perlahan aku akan belajar berbesar hati pada kenyataan yang tidak selalu menyenangkan, karena itu adalah kekayaan yang tidak banyak disadari. Kini, aku lebih belajar meredam egoku sendiri. Menyimpannya baik-baik, sampai suatu hari dia akan berbicara sendiri. Selama kekasihku bahagia,akan kubiarkan dia bahagia. Membiarkan cinta untuk tidak selalu berbunyi “iya”, atau bunyinya “tidak”. Atau bahkan tidak berbunyi sama sekali, kecuali air mata yang mulai berkubang dan do'a baik dalam hati yang mulai ramai diucapkan. Kubiarkan dirimu tersenyum, meski lengkungnya tidak membuatmu seketika begitu. Biarkan aku tahu, dirimu hanya boleh memilih bahagia, kekasih.

Tentang Hal Yang Ditangguhkan

July 24, 2018 0 Comments

Aku enggan menulis.
Namun hatiku tak henti bergumam.
Mulai dari sejumlah pertanyaan, hingga monolog yang kuberikan kepada diriku sendiri.
Atas sesuatu.
Tentang sesuatu.
Sore ini, hari terasa indah untuk sebagian orang.
Bagiku, justru sebaliknya.
Ada kegelisahan yang ingin kutanyakan kepada Tuhan.
Meski aku tahu, jawaban itu akan datang pada waktu yang telah Ia tentukan.
Bukan pada saat yang paling kita inginkan.
Aku tahu, terkadang Tuhan menjawab doa-doa lewat orang-orang di sekitar kita.
Ia tak berdialog begitu saja.
Ia ingin kita belajar dan merasa lebih dalam.
Ia ingin kita mencari tahu tentang apa yang akan menjadi pilihan bagi kita.
Namun, bukankah terkadang ada lelah yang ingin kita tangguhkan.
Ada beban yang tak ingin kita pangku di bahu.
Bukan karena tak ingin.
Hanya karena kita manusia.
Ketabahan kita tak seperti malaikat.
Bahkan disaat orang-orang mulai menyerang.
Ada rasa dimana kita ingin menyerah saja pada hidup.
Hidup diantara manusia lain ternyata cukup menggangu jika kita tak mampu membentengi diri.
Maka dari itu, cukuplah pada Ia kita gantungkan asa.
Tentang hal-hal yang kita tangguhkan dimasa datang, biarlah Tuhan sebagai penerima dan pendengar yang baik.
Semoga Ia menjawabnya pada saat yang terbaik.

Sunday, April 22, 2018

Pengakuan Kadaluarsa Untuk Tahun 5

April 22, 2018 0 Comments


Barangkali ini adalah penyesalan itu.
Ketika ketidakmampuanku membaca pertanda.
Ketika sabit bulan, tak lebih tajam daru hujam kenangan.
Dan rindu, harus kupungut sepanjang jalan.

Apa kabarmu?
Hari ini aku khususkan untuk menuliskannya untukmu, karena mungkin banyak yang mengabaikanmu meski kamu begitu berarti dalam hidup. Aku pun salah satu yang mengabaikanmu, mementingkan segala hal tentangku hingga melupakanmu dengan begitu.
Hingga pada akhirnya semua rasa mengendap. Kini, mengertikah engkau bahwa aku ada walaupun bagimu aku hilang?

Saat menulis surat ini, mungkin aku sedang menempuh perjalanan.
Perjalanan untuk melarikan diri. Aku bukan pengecut yang hanya berlari tanpa menghadapi, tapi memang belum waktunya untuk aku hadapi. Kata orang, selama hidupnya, manusia akan dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang mimpi, tentang asa yang kita simpan dalam hati. Itulah mungkin mengapa aku menyebutnya perjalanan mencari jati diri. Begitu katamu pula? Kamu selalu memberi jawaban akan sebuah pencarian jati dirimu. Selalu. Atau mungkin kamu adalah satu kawanan pencari jati diri. Begitu banyak pertanyaan hadir dalam benakmu, tapi aku sendiri hanya bisa melihatmu yang sedang berputar dalam labirin otak.

Sudah lama berlalu, tepatnya 5 tahun yang lalu, sejak pertemuan terakhir di jalanan siang itu dan aku masih berkutat dengan bermacam cara untuk menghapusmu dari pikiranku. Aku pasrah sambil berharap segera lupa dengan menyibukan pikiran hingga tidak ada waktu untuk memikirkan hal lainnya. Berhasil. Aku lupa, tapi hatiku buta. Iya. Aku salah memilih di tengah perjalanan. Hatiku buta. Seperti anyaman tunggal yang jika sendiri merasa nyaman.

Lagi-lagi banyak pertanyaan di kepala, kepalaku ini rumit, tapi apakah kamu mampu menerjemahkannya? Tentang malam dan bintang-bintang pemalu, tentang keterasingan kita pada masa lalu. Masa yang tak pernah mampu kita tuju tapi pahitnya masih jelas kita kecap. Seluruh isi kepala kita yang bahkan belum sepenuhnya kita jelajahi, kita tak pernah tahu apa yang kita mau. Kamu tahu, aku rindu bagaimana kita menghabiskan setiap hari bersama lewat canda pada bangunan tua sekolah itu. Ada butir-butir rindu yang menetes lebih deras dari hujan yang membasahi teras taman sekolah. Hingga pada saatnya tiba pertemuan terakhir, kita saling mengembalikan hati masing-masing saat perpisahan. Berjalanan berlawanan arah dengan harapan ada kebahagiaan yang kita temui dibalik sana. Kemudian saling menguatkan diri bahwa kita bisa dan biasa melewati segalanya sendiri, meyakinkan diri bahwa kita sudah semestinya bahagia namun tidak bersama. Tapi nyatanya? Logikaku patah. Tidak pernah melakukan apa-apa untuk laki-laki mungil yang bagiku adalah segalanya. Hari ini aku menatap angkasa, melayangkan lamunanku disana. Ternyata tidak ada yang perlu dicari, jawabannya ada disini, di dalam hatiku sendiri. Pantas saja aku tidak pernah menemukannya, aku hanya mencari diluar sana tanpa pernah menengok hati yang sengaja ku buat ini. Sirna, hingga kini yang tersisa adalah tiada.

Untuk laki-laki gagah "Pratama" yang kuinginkan, bahagia menatapmu walau engkau tak pernah sadar bahwa aku menikmati indahnya senyummu. Aku menyesal. Harusnya aku tidak mengabaikanmu. Sejatinya, kamu mengajarkan banyak hal padaku. Tentang sebuah kerendahan hati dan keikhlasan yang sulit sekali dituntaskan dalam kehidupan ini, selama ini. Mungkin itu juga yang membuatmu sulit dipahami dan dimengerti. Tapi percayalah, aku belajar banyak darimu. Aku belajar memaknai hidup, belajar tentang bagaimana merendahkan hati tanpa merendahkan diri, belajar menerima. Bukankah itu yang paling penting? Menerima apapun dengan kelapangan dada. Sulit sudah pasti, memang tak ada yang mudah menjalani hidup ini. Tapi kamu adalah warna, bahwa segalanya tetap akan baik-baik saja meski tidak sempurna. Dan itulah letak kesempurnaan manusia, menyadari dirinya tak sempurna.

Kini aku sudah paham maksudmu tentang masalah yang harus dihadapi, aku memang harus menghadapimu sebagai masa lalu yang telah usai bukan masa depan terbingkai, begitu pula katamu (mungkin). Aku lupa bahwa cinta pun ada masanya, dan karena cinta ini telah kadaluarsa sudah waktunya bagiku untuk melepaskannya. Daripada harus mati berkalang cinta kadaluarsa. Namun debar ini adalah debur ombak yang akan berubah mengikuti angin. Sedangkan hati adalah suar yang membutuhkan cahaya. Dan kehilangan adalah kepergian tanpa kata-kata. Seperti aku, kita dan hal-hal yang kita pasrahkan pada kelak nanti. Tapi tahukah kamu, aku sedang berputar dalam labirin rasa. Tidak tahu ingin kemana, tidak tahu ujungnya mana. Namun jika boleh aku meminta, tunggu aku di ujung jalan sana. Beri aku kesempatan. Aku akan segera tiba. Pada suatu malam, saat kamu melihat sepasang kunang-kunang terbang ituah tanda bahwa aku pulang. Terimakasih dan maaf. Cukup kiranya suratku, terimakasih atas pembelajaran tentang menerima dan mengakui.

"Butuh kerendahan hati untuk meminta maaf dan kebesaran hati untuk memaafkan."





dari,
Aku yang salah - 5 tahun lalu.





Kita memang tak mampu mengulang waktu, tapi karenamu aku semakin bijak memanfaatkan ingatan untuk setidaknya merekamnya (dalam-dalam) dalam kepala. Aku senang, semoga kamu pun begitu. 

Thursday, April 19, 2018

Newly Blog but Not

April 19, 2018 0 Comments


Hallo!

Udah lama punya blog sebetulnya. Karena lama ga kepake, akhirnya semua tulisan aku pindah ke situs selain blogger. Dan akun blogger pertama pun dihapus. See, pada akhirnya ada satu tugas yang mewajibkan aku untuk punya akun blogger. Daaaaan, jadilah buat lagi. Selamat bertemu kembali blogger..