Follow Us @soratemplates

Wednesday, July 25, 2018

Ucapan Penutup Senja






Seperti malam malam sebelumnya, malam tadi aku mengingatnya. Sialnya, pendar lampu di luar ruangan dan rintik hujan yang bersaput cahaya pendar lampu rumah terlalu mudah mendatangkan memori tersebut. Dan aku tak tahu bagaimana caranya mengatasi perasaan tersebut. Mungkin hujan malam tadi turun ragu-ragu, seperti rindu yang ingin tumpah namun tidak ada wadah. Seperti hari, ketika aku menemukan hal yang kamu anggap masih ada dalam pikiranmu. Iya. Pikiranmu menjejaki ingatan masa lalu, ribuan tanya menyelimuti dirimu. Pertanyaan tentang sebuah pergi yang lupa membawa luka lari. Pada kata pernah yang membuatmu sulit bebenah. Menimang andai, mungkin saja Tuhan berbaik hati. Siapa tahu? Kadang kupikir betapa beruntungnya ia yang dengan mudahnya membuatmu selalu rindu bahkan membuat seonggok ruang rasa penasaran bagimu. 

Tidak mudah rupanya menghapus bayangannya dari benakmu. Bagaimana rindu selalu mampu menggerakkan seseorang melakukan sesuatu yang sepertinya tak masuk akal. Kamu yang pernah pergi ratusan kilometer untuk mencarinya. Memohon, mengejar, hingga berdoa penuh keyakinan berharap Tuhan mengembalikan dirinya kepadamu. Atau bahkan bersusah payah di tengah hujan untuk merangkum temu. Sedang aku? Hidup kadang serumit itu. Namun sebagian kesedihan itu telah mengatakan padaku, jadilah kuat untuk segala yang tak mampu ku hadapi. Termasuk rasa cemburu. Aku ingin kuat. Tapi sekali saja, ijinkan aku mengkhianati kesedihan tersebut. Seperti sore ini. Ketika aku duduk di sini, dan kamu mungkin tengah mengamatiku entah dimana. Hari ini bisa saja kita tertawa dan esok menangis duka, seperti kamu yang kemarin memiliki ia yang kini pergi. Anganmu berkata agar ia tetap disini karena kepergiannya menimbulkan sakit yang tidak terobati. Lebih baik ia hadir dan melukai namun tetap dapat mencinta lagi. Seperti itukah? 

Kepergiannya membuatmu sekarat bagai pecandu yang dipaksa tobat namun tetap mencari obat. Ia tidak hadir. Tidak pernah hadir. Tidak akan hadir. Hujan memang selalu membangkitkan kenangan bersamaan dengan kematianmu karena angan. Tetapi di balik cerita yang panjang, di balik hari yang melelahkan. Aku mendoakanmu diam-diam. Kamu tak yakin. Kamu tak tahu. Atau mungkin tidak akan pernah tahu. Kalau tidak ada yang benar-benar mencintaimu seperti aku..


-Semoga doa-doa menjadi pijar, dan semoga keragu-raguan tidak pernah lebih kuat dari keyakinan.-

No comments:

Post a Comment